(Resensi Buku : Politik Islam Hindia Belanda, H.Aqib Suminto, Penerbit LP3ES, Jakarta, Tahun 1985, halaman 9-98)
Politik Islam Pemerintah Hindia Belanda
Belanda mengakui bahwa bangsa indonesia sebagian besar penduduk yang dijajahnya ini beragama islam, karena kurangnya pengetahuan belanda terhadap islam mula-mula belanda tidak berani mencampuri agama ini secara lagnsung antara rasa takut dan harapan berlebihan. Belanda berasumsi islam dianggap fanatik dan tukang pemberontak, karena dianggap mirip katolik dengan paus di Roma. Setelah snouck hurgronje tahun1889 diangkat menjadi penasehat barulah pemerintah hindia belanda memutuskan bahwa islam tidak dikenal kependetaan semacam kristen, dan ulama’ bukanlah komponen penjahat karena mereka benar-benar melakukan ibadah murni.
Dasar Pemikiran Snouck Hurgronje
“Musuh Kolonialisme bukanlah Islam sebagai agama, melainkan Islam sebagai doktrin politik”
Snock hurgronje membedakan Islam dalam artu “ibadah” dengan Islam dalam arti “kekuatan sosial politik”. Dengan membagi masalah Islam atas tiga katagori :
1. Bidang agama murni atau ibadah;
2. Bidang sosial kemasyarakatan dan
3.Bidang politik; dimana masing-masing bidang menuntut alternatif pemecahan masalah yang berbeda. Resep inilah yang kemudian dikenal sebagai Islam Politiek, atau kebijaksanaan pemerintahan kolonial dalam menangani masalah Islam di Indonesia.
Dalam bidang agama
Politik Islam yang menurut snouck hurgronje yaitu
1. Terhadap dogma dan perintah hukum yang murni agama, hendaknya pemerintah bersikap netral.
2. Masalah perkawinan dan pembagian warisan dalam Islam, menuntut penghormatan.
3. Tiada satupun bentuk Pan Islam boleh diterima oleh kekuasaan Eropa.
Dalam mencampuri masalah agama atau tidak, pemerintah kolonial bergerak antara “netral” dan “ketertiban keamanan”. Pada tahun 1909 iden burg diangkat sebagai gubernur jendral hindia belanda yang menginginkan belanda akan tetap di Indonesia sampai agama kristen menjadi agama bangsa indonesia. Iden burg mulai melancarkan misinya yaitu kristenisasi diseluruh indonesia kecuali daerah yang islamnya kuat seperti aceh.
Hal ini membuat muslim indonesia akan merespon hebat terutama para ulama’, yang pada mulanya tenang menjadi terbangkitkan semangat jihatnya sehingga proses islamisasi berjalan cepat di nusantara. Kebijakan belanda ini dipengaruhi oleh partai dasawarsa yaitu partai agama dan non agama di belanda. Meskipun pada kenyataanya pemerintah hindia belanda tidak pernah netral yang sesuai dengan teorinya. Ini dikarenakan pemerintah hindia belanda menganggap masuk islamnya rakyat jajahan mempunyai arti politik, dalam hal ini berarti pemecahan masalah tidak terlepas dari kaca mata politik.
Asosiasi Kebudayaan
Prinsip politik Islam snouck hurgronje di bidang kemasyarakatan adalah menggalakan pribumi agar menyesuaikan diri dengan kebudayaan Belanda demi kelestarian penjajahannya. Dengan tujuan mempererat negri jajahan dengan penjajahnya melalui kebudayaan, dimana lapangan pendidikan menjadi garapan utamanya. Yang nantinya putra pribumi dari bangsawan yang dididik dinegeri belanda ini disiapkan menjadi pemimpin bangsanya yang bisa berasosiasi dengan belanda.
Dalam rangka menerapkan politik asosiasi snouck hurgronje memprakarsai pendidikan anak-anak bangsawan. Pada tahun 1890 ia memperoleh murid pertama Pangeran Aria Ahmad Djajadiningrat Hoesein lahir 1877, anak Bupati Serang yang dengan susah payah berhasil ditempatkan di sekolah Belanda setelah diubah namanya menjadi Willem van Banten .
Snouck hurgronje optimis bahwa Islam tidak akan sanggup bersaing dengan pendidikan Barat, menurutnya proses westernisasi yang diramalkan snouck akan menindas habis kebudayaan indonesia melalui pendidikan barat. Agama islam dinilai sebagai beku dan penghalang kemajuan, sehingga harus di imbangi dengan meningkatkan taraf kemajuan pribumi. Maka pendidikan Barat diformulasikan sebagai faktor yang akan menghancurkan kekuatan Islam di Indonesia. Kebijakan pemerintah belanda dalam mempertahankan adat cenderung konservatisme dengan tujuan mempertahankan penduduk indonesia sebagai cagar budaya kuno, dalam rangka mencegah keterlibatan mereka dalam evolusi dunia modern baik pendidikan, ekonomi maupun spiritual. Seperti halnya kebijkan yang dilakukan melalui pendidikan islam yang di anak tirikan dari pribumi yang beragama kristen.
Haji, Tarekat dan Gerakan Pan Islam
Pemerintah Hindia Belanda memandang bahaya Pan Islam datang dari luar melalui para jemaah haji . Pengertian Pan Islam secara klasik adalah penyatuan seluruh dunia Islam di bawah satu kekuasaan politik dan agama yang dikepalai oleh seorang khalifah. Tapi kemudian pan islam dan khalifah disini bertujuan meningkatkan solidaritas sesama muslim, bukan menunjang tegaknya tahta kekhalifahan. Gerakan haji dan pan islam ini berusaha membebaskan umat islam indonesia dari pengaruh negatif sinkritisme dan tarekat, menyelaraskan islam dengan tuntutan dunia modern, sehingga memiliki fitalitas baru. Seperti halnya yang dilakukan oleh muhammadiyah dan lainya.
Snouck hurgronje berpendapat tentang potensi pribumi dan teorinya tentang pemisahan Islam dari unsur politik itu ternyata kemudian tidak sejalan dengan perkembangan situasi kondisi pribumi. Sementara orang mengambinghitamkan Gubernur Jendral Idenburg, yang merestui berdirinya Sarekat Islam (SI) dengan istilah “Salah Idenburg” bagi pengertian SI. Namun suatu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah, bahwa gerakan kebangkitan di Indonesia mempunyai perkembangan tersendiri, meskipun kadang-kadang dipengaruhi oleh gerakan reformasi di negara lain.
Kekhawatiran Belanda dan Tindakanya
Sebagian besar haji memang tidak terkena pengaruh fanatik dimekkah. Memperlakukan haji dengan kecurigaan tanpa alasan , dinilai sangat tidak bijaksana. Menurut snouck hurgronje cara menanganinya adalah melalui menghambatnya secara halus dan tidak langsung, yakni dengan cara mengalirkan semangat semangat pribumi kearah lain” setiap langkah pribumi menuju kebudayaan barat berarti menjauhkanya dari keinginan untuk pergi haji.
Tentang pan islam snouck hurgronje sangat keras menetangnya. Snouck memberikan rekomendasi bahwa pemerintah belanda tidak perlu takut menjalankan kebijaksanaan yang didasarkan atas kepentingan sendiri dan kepentingan rakyat jajahanya itu.
Dalam kaitanya dengan pan islam inilah pengawasan ketat dilakukan terhadap para mukminin juga terhadap orang arab yang menetap di indonesia, sebab kedua unsur ini ikut membantu perkembangan pan islam di nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar